Buku ini hampir berumur 750 tahun, ditulis saat perjalanan haji di atas unta

BUKU ini hampir berumur 750 tahun sejak ditulis oleh Imam Ibnu Qayyim Jauziyyah, terus diwarisi dari generasi ke generasi, hal ini menjadi bukti keberkahan dan keikhlasan sang Imam.

Buku ini “Zaadul Ma’ad”, ditulis oleh Imam Ibnul Qayyim ketika ia sedang bermusafir di atas untanya untuk menunaikan ibadah haji dari Damaskus ke Mekkah. Yang lebih luar biasa lagi, saat menulis buku ini beliau di atas kendaraan unta tanpa ada referensi satupun. Tidak aneh, karena beliau sendiri sudah menghafal Musnad Imam Ahmad yang berisi lebih dari 30.000 hadits.

Penulisan buku ini cukup sistematis, paling tidak bagi seorang yang menulisnya ketika dalam perjalanan tanpa ada referensi apapun, seakan-akan ini adalah catatan hafalan Imam Ibnu Qayyim. Ditulis sangat runtun dan rapi. Hal ini menunjukkan bagaimana teratur dan runtunnya pemikiran sang Imam.

Meskipun demikian, target beliau agak meleset, karena pada awalnya beliau ingin menulis buku ini sebagai referensi utama Fiqih mazhab Hambali, tetapi ketika buku ini selesai ditulis, hingga sampai hari ini, buku ini malah menjadi rujukan Fiqh Sirah Nabawiyyah.

Zaadul Ma’ad lengkapnya Zad al-Ma’ad fi Hadyi Khairil Ibad kitab ini disusun sesuai dengan kategori fikih yang diambil dari kisah hidup nabi.

Lewat buku ini, sang Imam telah menyumbangkan sebuah karya besar untuk perpustakaan Islam, bahkan dunia.

Bahkan kitab ini dianggap sebagai salah satu karyanya yang terbaik. Kitab ini merupakan sumber penting dalam mencari ilmu berdasarkan kisah perjalanan hidup nabi ﷺ dan fikih-fikih yang dikandungnya.

Imam Ibnu Qayyim memiliki karya dalam berbagai disiplin ilmu, bahkan suatu ketika aku pernah bertemu dengan seorang turis muslim yang sekolah di Inggris, katanya dia menulis tesis tentang Teori Psikologi Ibnu Qayyim.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa semua karya Ibnu Qayyim diterima oleh semua kelompok. Sheikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid menghitung karya Ibnu Qayyim sebanyak 98 kitab. Semua itu Inshallah menjadi amal jariyah Imam Ibnu Qayyim kelak.

Karena menulis adalah tradisi ulama-ulama salaf, maka tidak aneh kalau karya-karya mereka sangat banyak dan berkah dibaca sampai hari ini ini. Katanya, buku best seller di dunia Islam setelah Al Quran adalah buku Imam Nawawi, Riyadhus Salihin.

Imam Sayuti dijuliki sebagai pemilik karya terbanyak di dunia Islam sepanjang masa, dengan jumlah karyanya mencapai 561 buku. Di urutan kedua adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi dengan jumlah karya sebanyak 270 judul.

Namun akhir-akhir ini, posisi Al Kindi telah digeser oleh Mama Ghufron yang memiliki karya sebanyak 500 buku! De p*ta madre! (sialan -red)

(Saief Alemdar)

Penulis: No Perfect

MENGAPA KEJAHATAN selalu bisa kompak BERSATU? Karena, KEBENARAN tidak pernah membutuhkan SEKUTU!”

Tinggalkan komentar