Film Vina dalam Tinjauan Syariat Islam

Oleh: Ustadz Armansyah (Spesialis Ruqyah)

Postingan ini menepati janji saya sebelumnya untuk berbagi opini pribadi terkait apa yang ada dalam film Vina yang diangkat dari kisah nyata kejadian di kota Cirebon pada 2016 silam.

Melalui apa yang saya baca dari sejumlah pemberitaan asli dari kasus tersebut dan juga apa yang di visualisasikan ulang dalam filmnya, memang terdapat indikasi “kejanggalan” dari kejadian itu.

Hal ini tentu saja terlepas dari adanya unsur “drama tambahan” sebagai pelengkap bumbu cerita seperti tertulis dibagian awal filmnya.

Apa dan bagaimana misalnya disini peran tokoh Linda, seperti apa sosok anak geng motor yang dipimpin oleh Egi dan hal-hal lain terkait pra kejadian sampai pemburuan pelaku kriminal bullying, pemerkosaan hingga pembunuhan berencana ini sebetulnya dapat di kulik lebih lanjut.

Adapun fenomena kerasukannya itu sendiri, hemat saya dari perspektif agama maupun psikologi dapat memunculkan sedikitnya dua asumsi:
Pertama, tokoh Linda betul-betul kerasukan (meskipun saya tidak sepakat bahwa yang merasukinya adalah arwah korban, melainkan Jin yang entah apakah berperan selaku qorinnya semasa hidup atau jin lain diluar itu).

Kedua, tokoh Linda –seperti dugaan sebagian netizen– sebetulnya tahu apa yang akan terjadi sebelum kejadian namun tidak menyangka menjadi seperti itu endingnya- mengalami beban psikis yang berat sekali atas kejadian ini. Dia merasa shock dan bersalah sehingga alam bawah sadarnya naik kepermukaan lalu berlaku histeris dan mengungkapkan kejadiannya yang ditangkap oleh publik sebagai fenomena kesurupan.

Bagaimanapun, sesuai ajaran Islam yang saya fahami selama ini dan selaras dengan akal sehat yang selalu menjadi acuan saya dalam beragama maupun kehidupan, bahwa orang yang sudah wafat sejatinya sudah selesai urusannya di dunia ini.

Tidak ada arwah gentayangan, arwah penasaran atau istilahnya mati jadi hantu.

Manusia terbagi atas 3 bagian: jasad fisik, ruh, dan jiwa.

Saat seseorang meninggal, fisiknya dikubur didalam tanah sampai kelak bangkit lagi di hari kiamat. Ruh selaku energi pembuat hidup akan kembali kepada Allah. Dan jiwa atau nafs-nya akan langsung berpindah ke alam tersendiri yang kita sebut dengan istilah alam barzakh (alam kubur).

Tidak ada dalam konsepsi Islam adanya arwah yang berada di awang-awang antara alam dunia dan alam barzakhnya yang memungkinkan dia untuk melakukan balas dendam atau menyelesaikan urusan-urusan tertentu lainnya yang masih terhutang.

Itu cuma kerjaan Jin yang memang didalam al-Qur’an disebut dapat intervensi kedalam kehidupan manusia.

Adanya kepercayaan bahwa selama sekian hari arwah sang mayit masih berada di dunia atau di sekitar kediamannya dan lain-lain sebagainya merupakan kepercayaan dari luar Islam.

Akhirnya semoga kasus ini dapat segera terungkap secara utuh dan para pelaku seluruhnya bisa diproses sesuai hukum yang berlaku.

(*)

Penulis: No Perfect

MENGAPA KEJAHATAN selalu bisa kompak BERSATU? Karena, KEBENARAN tidak pernah membutuhkan SEKUTU!”

Tinggalkan komentar